Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul yang mulia,
Muhammad SAW bin Abdullah, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya dan memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus. Allah
berfirman dalam surah al-isra’ayat 9, yang artinya: “Sesungguhnya al-Qur’an ini
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengejarkan amal shaleh, bahwa mereka akan mendapat
pahala yang besar. (al-Isra’:9 )
![]() |
Google.com |
Mukjizat yang terbesar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
adalah Al-Qur’an, yang merupakan risalah langit yang di turunkan kepada
manusia, di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu, memecahkan problem
manusia di semua lini kehidupan, kandungan-kandungan hukumnya benar dan tetap
kokoh sepanjang masa.
Di antara sisi kemukjizatan Al-Qur’an adalah terdapat kisah-kisah umat
terdahulu yang mengungkapkan berita dan cerita secara jujur dan benar,
pengungkapan ceritanya sama sekali bukan khayalan atau pun cerita yang
berlebihan. Kisah Qur’ani selalu terikat dengan kejujuran, ia merupakan bagian
yang penuh penghayatan dari aktivitas sejarah yang Allah turunkan kehadapan
mata dan telinga Rasul yang mulia serta orang-orang mukmin agar mereka
menyaksikan dan memahami bukti-bukti ketetapan Allah SWT yang berlaku sepanjang
perjalanan manusia sejak ia di ciptakan dan menjadi hukum alami yang tidak bisa
diganti dan tidak bisa diubah.
Salah satu kisah yang diabadikan Allah SWT di dalam Al-Qur’an adalah kisah
Nabi Yusuf AS. Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 3, yang artinya “Kami
menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mengwahyukan
Al-Qur’an ini kepdamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mengwahyukannya
adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (Yusuf: 3)
kisah manusia yang sempurna, AL-Qur’an menyebutkan ahsan al-qashash
(sebaik-baik kisah), dimana ia merasakan kepedihan, dan kepahitan dari
kebencian dan dendam orang lain kepadanya, ia bertahan dihadapan semua cobaan,
berusaha menagkisnya dan tetap tegar. Ia tidak keluar dari jalan Iiahi dan ia
pun sampai kepada keberhasilan dan cita. Ia banyak memberi maaf dan toleransi.
Ia menghadapi musuh-musuhnya dengan cinta dan kasih sayang dan ia
membalas kebencian mereka dengan cinta.
Kisah ini memberikan satu hakikat bahwa dengan tanpa peperangan atau
pembunuhan manusia dapat sampai kepada kekuasaan. Seseorang dapat meraih
kekuasaan di tengah-tengah masyarakat dengan tanpa menggunakan perantara
kedustaan, janji-janji kosong, ataupun sifat keangkuhan terhadap kemampuan yang
dimiliki. Satu kisah yang tidak ada duanya dalam sejarah dan tidak ada
bandingannya di semua penjuru bumi.
![]() |
Google.com |
Nabi Yusuf ‘alais al-salam (As) merupakan salah seorang dari golongan nabi
dan rasul yang wajib ketahui. Kisah Nabi Yusuf As ini terdapat dalam suatu
surat AL-Qur’an yang bernama surat Yusuf. Disebutkan bahwa sebab turunnya surat
ini adalah adalah karena orang-orang Yahudi meminta kepada Rasulullah SAW untuk
menceritakan kepada mereka kisah Nabi Yusuf As. Kisah Nabi Yusuf As telah
mengalami perubahan pada sebagiannya dan terdapat penambahan pada sebagiannya.
Lalu Allah SWT menurukan satu surat penuh yang secara terperinci imenciritakan
kisah Nabi Yusuf As.
Kisah Nabi Yusuf As sebagaimana terdapat didalam surah Yusuf, urutan
peristiwa berkembang selaras dengan peningkatan usia Nabi Yusuf.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa Nabi Yusuf masih kecil diceritakan
lebih dahulu, kemudian diikuti oleh pertiwa-peristiwa saat beliau menjadi
pemuda dewasa, dan akhirnya peristiwa-peristiwa semasa beliau menjadi menteri
perbendaharaan Mesir hingga bertemu dengan kedua ibu
bapaknya dan saudara-saudaranya
Silisilah Nabi
Yusuf AS
Nabi Yusuf As adalah seorang Nabi dari kalangan Bani Isra’il. Ia adalah
putra ketujuh dari 12 bersaudara berlainan ibu. Ayahnya bernama Nabi Ya’qub As
yang memiliki empat orang isteri. Dari istrinya Rahil ia dikarunia Yusuf dan
Bunyamin. Sejak kecil Yusuf dan Bunyamin telah menjadi piatu. Ibunya Rahil
meninggal karena sakit keras. Ia hidup kira-kira pada tahun 1700 S.M atau kurang
lebih 2300 tahun sebelum kemunculan Nabi Muhammad SAW.
Yusuf dan Bunyamin merupakan anak yang
paling dikasihi ayahnya, dikarenakan sejak awal telah ditinggal ibu kandungnya,
sehingga Ya’qub memberikan perhatian berlebihan pada keduanya dibanding kepada
saudara-saudaranya yang lain. Sehingga hal ini membangkitkan perasaan iri hati
saudara-saudaranya yang lain mengantarkan Yusuf dibuang dalam sebuah sumur.
Nabi Yusuf As memiliki sisilah dari nenek moyangnya Nabi Ibrahim As sebagai
bapak para Nabi. Nabi Ibrahim memiliki putra dua orang yaitu Nabi Isma’il dari
istri pertamanya Siti Hajar dan dari istri keduanya Siti Sarah melahirkan Nabi
Ishaq As. Dari Nabi Ishaq memiliki dua orang anak, yaitu Isa dan Ya’qub dan
selanjutnya menurunkan para nabi dari kalangan Bani Isra’il yaitu Nabi Yusuf
As, Nabi Musa As, Nabi Harun As, Nabi Ilyas As, Nabi Ilyassa’ As, Nabi Daud AS,
Nabi Sulaiman As, Nabi Yunus As, Nabi zakariya As, Nabi Yahya As, Nabi Isa As.
Sedangkan Nabi Ismail As menurunkan Nabi Muhammad SAW beberapa
generasi berikutnya.
Sang Birokrat
Ilmuan dan Pemimpin yang Bijaksana
Nabi Yusuf As dikenal sebagai sosok seorang biotrat, sosok aparatur
negara yang ahli menejeman pemerintah. Ia dikenal pula sebagai sosok
ilmuan, memiliki visi dan misi kedepan dalam membangun masyarakatnya yang adil
dan sejahtra. Ia pun dikenal sosok pemimpin yang bijaksana, pemimpin
yang menjalani dan adil terhadap rakyatnya, ia pun memunui segala kebutuhan
hidup rakyatnya saat itu.
Yusuf bukanlahlah tipe-tipe pemimpin yang dipilih rakyatnya karna uang
banyak, harta melimpah. ia juga bukan dipilih atas dasar hubungan saudara.
Tapi raja benar-benar memilihnya atas dasar ilmu pengetahuan yang dimiliki
Yusuf untuk melaksanakan tugas kepemimpinan. Ayat 54-56 surat Yusuf, Allah
menyebutkan “Dan raja berkata:”Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi
seorang yang berdudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami”. Berkata Yusuf
“Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir): sesungguhnya Aku adalah orang yang
pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. Dan demikianlah kami memberi kedudukan
kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia
kehendaki dibumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat kami kepada siapa yang kami
kehendaki dan kami menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat tersebut
menerangkan bahwa, seorang pemimpin haruslah memiliki pengekahuan terhadap
peristriwa-peristiwa yang mungkin terjadi dan bakal terjadi dan memiliki
program yang terencana dengan baik pula. Ketika Yusufmenyelamatkan penduduk
Mesir dari kelaparan, ia menjalankan amanat ilmu pengetahuan dan menejamennya
secara profesional, serta memberikan program-program yang konstruktif terhadap
masyarakatnya. Ia mengatur stok dengan mengusulkan agar masyarakat memanen
gandum dengan tangkainya sehingga gandum tersebut dapat bertahan lama dan
melakukan pendistribusian pangan kepada masyarakatnya dengan seadil-adilnya.
Penulis,
M. Yusa Hadi
EmoticonEmoticon