SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar, dan termasuk mengkhianati amanah Allah. Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk sebuah bangunan masyarakat. Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan masyarakat, ia akan mendapatkan pedidikan di rumah dan keluarganya. Ia merupakan prototipe kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk tidak lalai dalam mendidik anak-anak. BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua, Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah.
Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya.
Allah berfirman.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya…[An Nisa’:58].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
لاَ تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuai. [Al Anfal:27].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ
مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
و رَجُلُ رَاعٍ في أَهْلِهِ وَ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung-jawaban terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin
dan bertangung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin
bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.
[HR Al Bukhari].
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ
وَ هُوَ غَاشٍ لِرَعِيَّتِهِ إلاَّ حّرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ
Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin, lalu
ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya
itu, niscaya Allah akan mengharamkan surga baginya. [HR Al Bukhari]
SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK Meskipun banyak orang
tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar,
tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini.
Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh
perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya. Baru kemudian, ketika anak-anak
berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan
tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru
menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang
tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu. Lalai atau
salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya; yang tanpa kita sadari
memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan
remaja. Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang
tua dalam mendidik anak-anaknya. Baca Juga Haram Murka Ketika Allah
Subhanahu Wa Ta'ala Memberikan Kepadanya Anak-Anak Perempuan
1. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak. Kadang,
ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita
takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin, dan lain-lain.
Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut; takut pada bayangannya
sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakutinya. Misalnya:
takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar
cerita tentang hantu, jin dan lain-lain. Dan yang paling parah, tanpa disadari,
kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita
khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya.
Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi
ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakuti-nakutinya, menampar wajahnya,
atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak akan semakin
keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau
merasa sakit.
2. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak
Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani. Kesalahan ini
merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah,
tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap
sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras
tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya:
takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka
bohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak
kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
3. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-Foya, Bermewah-Mewah
Dan Sombong. Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka
kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak
peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak
fitrah, membunuh sikap istiqamah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakan
muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
4. Selalu Memenuhi Permintaan Anak. Sebagian orang tua ada
yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik
buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu
bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya: si anak minta
tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua
membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau
anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya, maka mereka akan tumbuh menjadi
anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta
mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
5. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis,
Terutama Anak Yang Masih Kecil. Sering terjadi, anak kita yang masih kecil
minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau
mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera
memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis.
Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati
diri.
6. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi
Batas Kewajaran. Misalnya, dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya
dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lain. Ini kadang
terjadi, ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru
sekali melakukannya. Baca Juga Agar Buah Hati Menjadi Penyejuk Hati
7. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran.
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya
merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya, mendorong anak-anak itu
untuk mencari uang sendiri dengan berbagai cara. Misalnya: dengan mencuri,
meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi,
ada orang tua yang tega menitipkan anak-anaknya ke panti asuhan untuk
mengurangi beban orang tuanya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya,
karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Na’udzubillah min dzalik.
8. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat
Mereka Mencari Kasih-Sayang Di Luar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke
dalam pergaulan bebas, wa’iyadzubillah. Seorang anak perempuan misalnya, karena
tidak mendapat perhatian dari keluarganya, ia mencari perhatian dari laki-laki
di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari
laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela
menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
9. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja. Banyak
orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik,
makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang
berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar
beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak
cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan
kasih-sayang. Bila kasih-sayang tidak didapatkan di rumahnya, maka ia akan
mencarinya dari orang lain.
10. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya. Ada
sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya.
Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang
dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal
teman-teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada
anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala
menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget.
Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa
adalah penyesalan tak berguna. Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering
dilakukan orang tua. Yang mungkin, kita juga tidak menyadari bila telah
melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus mencair ilmu, terutama
berkaitan dengan pendidikan anak. Agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan
dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka.
Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan
shalihah, serta berakhlak mulia. Wallahu a’lamu bishshawaab. (Ummu Shofia)
Maraji: At Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al Mazhahir Subulul Wiqayati Wal ‘Ilaj,
Muhammad bin Ibrahim Al Hamd. [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun
VII/1424H/2003M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
Referensi:
https://almanhaj.or.id/3007-sepuluh-kesalahan-dalam-mendidik-anak.html