Tidak
terasa waktu yang kita jalani begitu cepat berlangsung, hari demi hari, detik
demi detik berlalu begitu saja dalam bulan Ramadhan. Kita sudah sampai pada
paruh kedua Ramadhan yang disebut dalam hadis sebagai fase maghfirah (ampunan)
Allah Swt. Mari kita bersegera menggapai maghfirah Allah di periode
kedua bulan yang penuh berkah ini.
![]() |
google.com |
Mengapa harus meraih maghfirah?,
karena firman Allah “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu, dan
mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi
orang-orang yang bertakwa”. (Surah Ali ‘Imran: 133).
Ayat ini memberi makna
bahwat tak ada waktu lagi yang kita sia-siakan, kecuali hanya untuk mendekatkan
diri kepada Rabb, agar kita mendapatkan ampunan-Nya.
Hadits Rasulullah Saw
“Siapa yang menegakkan (amalan-amalan) Ramadhan dengan keimanan dan semata-mata
hanya berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu”
semakin memperkuat pentingnya ampunan yang harus diraih seorang muslim.
Sesungguhnya ketika seorang
muslim diampuni maka ia sedang mendapat maghfirah
dari Allah swt, dan tidak ada maghfirah melainkan ada dosa atau
kesalahan. Ternyata jika disimak dengan baik sabda Nabi Saw ini juga memberi penegasan bahwa kita ini
bersalah sehingga butuh untuk diberikan pengampunan karena tiada pengampunan melainkan ada kesalahan.
PENTINGNYA MAGHFIRAH
Jika kita mencermati firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat
183, yang berbunyi ;
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Maka melalui puasa Ramadhan ini, dengan bekal iman yang
kita miliki, kita ingin meraih derajat ketaqwaan. Meraih sesuatu berarti upaya
mengapai apa yang ada di depan kita yang menjadi harapan.
Namun jika kita menyimak dengan baik salah
satu sabda Rasulullah Saw
tentang puasa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim , yaitu
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa
yang menegakkan (amalan-amalan) Ramadhan dengan keimanan dan semata-mata hanya
berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu”
Sesungguhnya
ketika seseorang diampuni maka ia sedang mendapat maghfirah dari Allah Swt, dan tidak ada maghfirah
melainkan ada dosa atau dan kesalahan.
Ternyata jika disimak
dengan baik sabda Nabi Saw ini, jelas Nabi tidak hanya menginformasikan salah
satu keutamaan puasa yaitu akan diampunkannya dosa terdahulu namun juga memberi
penegasan bahwa kita ini bersalah sehingga butuh untuk diberi pengampunan
karena tiada pengampunan melainkan ada kesalahan.
Hadits ini memberi
penegasan yang jelas kepada para shaimin dan shaimaat agar disadari bahwa mereka
yang sedang sangat berharap menggapai asanya di bulan Ramadhan ini teryata
mereka juga manusia yang sangat mungkin memiliki kesalahan yang perlu
dimintakan ampunannya kepada Allah Swt.
Jika seluruh umat Islam
yang sedang berpuasa di bulan Ramadhan sekarang ini, mengharapkan maghfirah
dari Allah Swt, bagaimanakah Allah Swt yang kita harapkan ampunan-Nya
menyampaikan firman-Nya terkait dengan pengampunan ini. Mari kita perhatikan
firman Allah ini:
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS.
Ali Imran : 133)
Pada ayat yang lain Allah swt menegaskan ;
سَابِقُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ
اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan
bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia
yang besar. (QS.
Al-Hadid: 21)
Ternyata terkait penggapaian maghfirah
ini, Allah Swt memilih kata “Saari`uu” yang artinya “bersegera” dan kata “Saabiquu”
berlomba-lombalah. Ibarat bola maka mereka bukanlah orang-orang yang hanya
menunggu diam di tempat namum mereka adalah para penjembut bola yang sangat
aktif. Mereka yang mengharap maghfirah adalah orang-orang yang tidak
menunda, tapi bersegera, tidak hanya diam bahkan mereka berlomba untuk menjadi
pemenang peraih bola maghfirah
itu.
UPAYA MENGGAPAI MAGHFIRAH
Ada tiga periode dalam bulan Ramadhan
yang dijelaskan Rasulullah Saw. Pertama, periode rahmat pada 10 hari pertama (awwaluhu rahmah).
Kedua, periode ampunan pada 10 hari kedua (wa awsathuhu maghfirah).
Ketiga, periode pelepasan dari siksa neraka pada 10 hari terakhir (wa
akhiruhu itqun min an-nar).
Kini kita semua telah memasuki 10 hari kedua atau
pertengahan bulan Ramadhan, sebagai
periode maghfirah, yaitu ampunan terhadap
segala dosa-dosa kita yang telah lalu, baik yang bersifat vertikal berkenaan
dengan dosa-dosa kita kepada Allah maupun yang bersifat horizontal yang terkait dengan dosa-dosa sesama manusia. Dosa-dosa tersebut banyak diampuni di bulan Ramadhan,
karena bulan ini merupakan bulan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari neraka.
Siapa sih yang
tak pernah berbuat salah dan dosa? Sebuah pertanyaan
retoris dan membuat kita sadar bahwa tidak satupun diantara kita manusia biasa yang hidupnya
tanpa cela –diluar batas-batas kenabian-. Orang yang baik bukanlah orang yang tidak
pernah melakukan kesalahan tapi mereka yang berbuat salah lalu menyadari
dan segera memperbaiki kesalahan yang
diperbuatnya agar tidak terjerumus lagi.
Adanya peningkatan ketaatan terhadap
perintah Sang Pencipta dan upaya untuk menjauhi larangan-Nya sangat terlihat pada bulan ini. Sejak shubuh, sanagat
ramai orang menghadiri jama’ah shubuh dan mendengarkan kultum.
Demikian juga waktu-waktu shalat berikutnya. Apalagi menjelang waktu Maghrib, saat
waktu berbuka hampir tiba. Paling menonjol adalah waktu Isya
yang biasanya dilanjutkan dengan
ceramah sebelum shalat tarawih dan witir. Rasanya,
tidak ada kesempatan selama
ini bagi kita untuk melakukan kemaksiatan terhadap Allah dengan situasi yang mendukung peningkatan
iman dan taqwa.
Secara bahasa, taqwa bisa bermakna takut.
Takut untuk melanggar perintah Allah, takut akan azab yang akan menimpanya kelak. Kondisi seperti inilah
yang penting untuk dibangun dalam masyarakat kita yang
tiada hari tanpa berita kriminal. Orang tidak lagi bergosip karena mengendalikan diri saat berpuasa. Tidak ada lagi
penghinaan terhadapdan sesama, pelecehan dan intimidasi terhadap satu sama lainnya.
Oleh karenanya, Ramadhan ini menjadi medan
berlomba bagi kita untuk
meraih maghfirah-Nya. Ramadhan menjadi momen
paling bahagia bagi orang-orang yang memburu kebaikan. Maka sudah sepantasnya
jika sebanyak mungkin kebaikan kita lakukan untuk menghiasai bulan ini,
sesedikit mungkin keburukan dilakukan agar kita benar-benar pantas menjadi
pribadi yang berhak mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa yang pernah tertorehkan dalam lembaran hari-hari
yang telah berlalu.
Segala upaya yang kita
lakukan juga demi mengantarkan diri kita menjadi pribadi yang pantas
mendapatkan predikat taqwa dari Allah Swt yang memang menjadi
tujuan utama dari ibadah puasa ini. Wallahu‘Aklam
bi Al-Shawab.
EmoticonEmoticon