Jumat, 29 Juni 2018

CARA MERAIH AMPUNAN DARI ALLÂH || LANGKAH BERTOBAT YANG SEMPURNA


Tidak terasa waktu yang kita jalani begitu cepat berlangsung, hari demi hari, detik demi detik berlalu begitu saja dalam bulan Ramadhan. Kita sudah sampai pada paruh kedua Ramadhan yang disebut dalam hadis sebagai fase maghfirah (ampunan) Allah Swt. Mari kita bersegera menggapai maghfirah Allah di periode kedua bulan yang penuh berkah ini.

CARA MERAIH AMPUNAN DARI ALLÂH || LANGKAH BERTOBAT YANG SEMPURNA
google.com


Mengapa harus meraih maghfirah?, karena firman Allah “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu, dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa”. (Surah Ali ‘Imran: 133). 

Ayat ini memberi makna bahwat tak ada waktu lagi yang kita sia-siakan, kecuali hanya untuk mendekatkan diri kepada Rabb,  agar kita mendapatkan ampunan-Nya. 

Hadits Rasulullah Saw “Siapa yang menegakkan (amalan-amalan) Ramadhan dengan keimanan dan semata-mata hanya berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu” semakin memperkuat pentingnya ampunan yang harus diraih seorang muslim.

Sesungguhnya ketika seorang muslim diampuni maka ia sedang  mendapat maghfirah dari Allah swt, dan tidak ada maghfirah melainkan ada dosa atau kesalahan. Ternyata jika disimak dengan baik sabda Nabi Saw ini  juga memberi penegasan bahwa kita ini bersalah sehingga butuh untuk diberikan pengampunan karena tiada pengampunan  melainkan ada kesalahan.

PENTINGNYA MAGHFIRAH

Jika kita mencermati firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi ;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana  puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Maka melalui puasa Ramadhan ini, dengan bekal iman yang kita miliki, kita ingin meraih derajat ketaqwaan. Meraih sesuatu berarti upaya mengapai apa yang ada di depan kita yang menjadi harapan.

Namun jika kita menyimak dengan baik salah satu sabda Rasulullah Saw tentang puasa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim , yaitu

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang menegakkan (amalan-amalan) Ramadhan dengan keimanan dan semata-mata hanya berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu”

Sesungguhnya ketika seseorang diampuni maka ia sedang mendapat maghfirah dari Allah Swt, dan tidak ada maghfirah melainkan ada dosa atau dan kesalahan.

Ternyata jika disimak dengan baik sabda Nabi Saw ini, jelas Nabi tidak hanya menginformasikan salah satu keutamaan puasa yaitu akan diampunkannya dosa terdahulu namun juga memberi penegasan bahwa kita ini bersalah sehingga butuh untuk diberi pengampunan karena tiada pengampunan melainkan ada kesalahan.

Hadits ini memberi penegasan yang jelas kepada para shaimin dan shaimaat agar disadari bahwa mereka yang sedang sangat berharap menggapai asanya di bulan Ramadhan ini teryata mereka juga manusia yang sangat mungkin memiliki kesalahan yang perlu dimintakan ampunannya kepada Allah Swt.

Jika seluruh umat Islam yang sedang berpuasa di bulan Ramadhan sekarang ini, mengharapkan maghfirah dari Allah Swt, bagaimanakah Allah Swt yang kita harapkan ampunan-Nya menyampaikan firman-Nya terkait dengan pengampunan ini. Mari kita perhatikan firman Allah ini:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran : 133)

Pada ayat yang lain Allah swt menegaskan ;

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid: 21)

Ternyata terkait penggapaian maghfirah ini, Allah Swt memilih kata “Saari`uu” yang artinya bersegera dan kata “Saabiquu”  berlomba-lombalah. Ibarat bola maka mereka bukanlah orang-orang yang hanya menunggu diam di tempat namum mereka adalah para penjembut bola yang sangat aktif. Mereka yang mengharap maghfirah adalah orang-orang yang tidak menunda, tapi bersegera, tidak hanya diam bahkan mereka berlomba untuk menjadi pemenang peraih bola maghfirah itu.

UPAYA MENGGAPAI MAGHFIRAH

Ada tiga periode dalam bulan Ramadhan yang dijelaskan Rasulullah Saw. Pertama, periode rahmat pada 10 hari pertama (awwaluhu rahmah). Kedua, periode ampunan pada 10 hari kedua (wa awsathuhu maghfirah). Ketiga, periode pelepasan dari siksa neraka pada 10 hari terakhir (wa akhiruhu itqun min an-nar).

Kini kita semua telah memasuki 10 hari kedua atau pertengahan bulan Ramadhan, sebagai periode maghfirah, yaitu ampunan terhadap segala dosa-dosa kita yang telah lalu, baik yang bersifat vertikal berkenaan dengan dosa-dosa kita kepada Allah maupun yang bersifat horizontal yang terkait dengan dosa-dosa sesama manusia. Dosa-dosa tersebut banyak diampuni di bulan Ramadhan, karena bulan ini merupakan bulan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari neraka.

Siapa sih yang tak  pernah berbuat salah dan dosa? Sebuah  pertanyaan retoris dan membuat kita sadar bahwa tidak satupun diantara kita manusia biasa yang hidupnya tanpa cela –diluar batas-batas kenabian-. Orang yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan tapi mereka yang berbuat salah lalu menyadari dan segera memperbaiki kesalahan yang diperbuatnya agar  tidak terjerumus lagi.

Adanya peningkatan ketaatan terhadap perintah Sang Pencipta dan upaya untuk menjauhi larangan-Nya sangat terlihat pada bulan ini. Sejak shubuh, sanagat ramai orang menghadiri jama’ah shubuh dan mendengarkan kultum. 

Demikian juga waktu-waktu shalat berikutnya. Apalagi menjelang waktu Maghrib, saat waktu berbuka hampir tiba. Paling menonjol adalah waktu Isya yang  biasanya dilanjutkan dengan ceramah sebelum shalat tarawih dan witir. Rasanya, tidak ada kesempatan selama ini bagi kita untuk melakukan kemaksiatan terhadap Allah dengan situasi yang mendukung peningkatan iman dan taqwa.

 Secara bahasa, taqwa bisa bermakna takut. Takut untuk melanggar perintah Allah, takut akan azab yang akan menimpanya kelak. Kondisi seperti inilah yang penting untuk dibangun dalam masyarakat kita yang tiada hari tanpa berita kriminal. Orang tidak lagi bergosip karena mengendalikan diri saat berpuasa. Tidak ada lagi penghinaan terhadapdan  sesama, pelecehan  dan intimidasi terhadap satu sama lainnya. 

Oleh karenanya, Ramadhan ini menjadi medan berlomba bagi kita untuk meraih maghfirah-Nya. Ramadhan menjadi momen paling bahagia bagi orang-orang yang memburu kebaikan. Maka sudah sepantasnya jika sebanyak mungkin kebaikan kita lakukan untuk menghiasai bulan ini, sesedikit mungkin keburukan dilakukan agar kita benar-benar pantas menjadi pribadi yang berhak mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa yang  pernah tertorehkan dalam lembaran hari-hari yang telah berlalu.

Segala upaya yang kita lakukan juga demi mengantarkan diri kita menjadi pribadi yang pantas mendapatkan predikat taqwa dari Allah Swt yang memang  menjadi  tujuan utama dari ibadah puasa ini.  Wallahu‘Aklam bi Al-Shawab.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon