KILAS
BALIK SEJARAH IBADAH QURBAN || Sejarah
qurban itu dibagi menjadi tiga, yaitu : zaman Nabi Adam A.s; zaman Nabi Ibrahim
As; dan pada zaman Nabi Muhammad S.A.W.
![]() |
Artikel Dan Materi |
Pertama
pada zaman Nabi Adam A.s. Qurban dilaksanakan oleh putra-putranya yaitu bernama
Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok petani,
sedang Habil mewakili kelompok peternak. Saat itu sudah mulai ada perintah,
siapa yang memiliki harta banyak maka sebagian hartanya dikeluarkan untuk
qurban.
Sebagai
petani si Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya dan sebagai
peternak si Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaanya untuk kurban, untuk
siapa semua itu diqurbankan, padahal waktu itu manusia belum banyak.
Diterangkan dalam sejarah, harta yang diqurbankan itu disimpan di suatu tempat
yaitu di Padang Arafah yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jemaah haji.
Baik
buah-buahan yang diqurbankan si Qabil maupun hewan ternak yang diqurbankan si
Habil, dari kedua orang tersebut mempunyai sifat berbeda. Si Habil mengeluarkan
hewan diqurbankan dengan tulus ikhlas. Dipilih hewan yang gemuk dan sehat, dan
dia taat terhadap petunjuk ayahnya Nabi Adam.Berbeda dengan si Qabil, Dia
memilih buah-buahan yang jelek-jelek dan sudah afkiran.
Ketika
keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang habis adalah qurban yang
dikeluarkan oleh si Habil sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap
utuh, tidak berkurang. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Maidah ayat 27 : "Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil
dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban,
maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Qabil), Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!" Berkata
Habil "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertakwa".
Kedua, pada zaman Nabi Ibrahim As. Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya
ketika nabi Ibrahim bermimpi (ruyal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah
dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau
menginap, beliau mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di
Mina, masih bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as.
Supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang dijelaskan dalam surat
Ash-Shaffaat ayat 102.
Setelah
terjadi dialog dengan putranya. Ibrahim mengajak putranya Nabi Ismail,
kira-kira antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Minah), baru lebih
kurang 70-80 meter berjalan, setan menggoda istrinya Siti Hajar: "Ya
Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail
yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?".
Tapi
Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT, ditempat itulah dimana pada
tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah haji disuruh melempar batu dengan
membaca : Bismillahi Allahu Akbar. Hal tersebut mengandung arti bahwa kita
melempar setan atau sifat-sifat setan yang ada di dalam diri kita. Akhirnya
tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat tinggal Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah didalam surat
ASH-Shaffaat ayat 103-107:
"Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis
(nya), (nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu,
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat
baik". Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar ".
Dan
yang ketiga, dalam Zaman Nabi Muhammad SAW. Masalah kurban diceritakan kembali
yaitu di dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3 "Se-sungguhnya Kami telah
memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu,
dan Berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus". Berbicara tentang kenikmatan, Allah mengingatkan:
"Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, tiadalah dapat kamu mengitungnya"
(QS:Ibrahim: 34). Oleh karena itu berkaitan dengan ibadah kurban yang sudah ada
sejak Nabi Adam, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw. Allah berfirman: "Dirikanlah
shalat karana Tuhanmu dan berqurbanlah", Sholat merupakan hubungan
vertikal dengan Allah untuk mensyukuri nikmat Allah. Hubungan antara sesama
manusia secara horisontal diwujudkan bahwa setelah shalat Idul Adha yaitu
dengan berkurban memotong hewan ternak berupa kambing atau sapi untuk dibagikan
kepada fakir miskin.
Qurban
ini merupakan masalah ubudiyah yang bersifat sosial yang berhubungan dengan
sesama manusia dengan cara mengorbankan sebagian harta. Maka qurban secara
lughatan bahasa dengan berdasarkan pada surat Al-Maidah ayat 27
"Qurban" berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan
ridho serta mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT (surat Al-Kaustar).
Waktu berkurban dimulai sejak tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah.
Masa
memotong qurban pada tanggal 10 disebut "Yaumul nahar"yaitu hari
untuk menyembelih kurban. Sedangkan tanggal 11, 12, 13 dinamakan "yaumul
tsyriq" Di luar waktu tersebut bila kita memotong hewan dinamakan sedekah.
Maka kalau niatnya berkurban harus dilakukan padan waktu-waktu tersebut, yakni
pada tanggal 10,11,12, dan 13 Dzulhijjah.
Wallahu
a’lam
EmoticonEmoticon