Bahasan
seputar akhir zaman saat ini tidak bisa dipungkiri banyak menarik perhatian
semua kalangan. Dari pejabat hingga masyakarat awam. Dari yang ekstrim kiri
hingga yang ekstrim kanan.
![]() |
Nubuat Akhir Zaman / Cara Bersikap Bijak |
Dari
kaum islamophobi yang menganggap kajian akhir zaman adalah ciri khas narasi
kaum ekstrimis teroris, hingga mereka yang menolak dan menganggap para
pengkajinya sebagai para peramal masa depan.
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيْلَةٌ، فَإِنْ
اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ يَقُوْمَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
Jika
hari Kiamat terjadi sedang di tangan salah seorang dari kalian ada tunas pohon
kurma, jika dia mampu untuk tidak berdiri sampai dia selesai menanamnya, maka
hendaklah dia mengerjakannya.[1]
Ada
banyak hal yang harus kita luruskan terkait beberapa hal salah kaprah sebagian
kaum muslimin dalam menyikapi hadits hadits akhir zaman.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa bangsa Barat (PBB dan Amerika) melalui program Prevent
Violent of Extrimism telah memasukkan narasi akhir zaman sebagai bahasan yang
perlu di waspadai dan dicegah. Sebagaimana mereka juga mewaspadai narasi lain
semisal jama’ah, imamah, bai’at, khilafah atau daulah.
Barat
menganggap narasi akhir zaman tidak bisa dipisahkan dari bahasan imam Mahdi dan
Nabi Isa dengan khilafah rasyidahnya. Juga tentang kemenangan Islam di akhir
zaman,. Tentang perang malhamah al kubra yang menghancurkan Romawi modern
setelah sebelumnya Persia Raya dikalahkan.
Narasi
akhir zaman juga identik dengan kehancuran Yahudi dan dominasi ajaran Islam di
seluruh dunia. Yang pasti, narasi akhir zaman tidak bisa dipisahkan dari
janji-janji kemenangan umat Islam atas semua lawan.
Dalam
ini, umat Islam ingin dijauhkan dari bahasan narasi akhir zaman yang benar.
Akidah tentang janji kemenangan Umat Islam di akhir zaman tidak boleh menjadi
keyakinan.
Mereka
ingin umat Islam lemah di hadapan lawan, bahkan menjadi keharusan bagi mereka untuk
masuk dalam barisan lawan demi kemaslahatan duniawi mereka.
Jika
fenemonenya seperti ini, maka menjadi keharusan bagi umat Islam untuk terus
mengkaji dan mendalami keyakinan yang
hendak ‘dimusnahkan” ini. Wajib bagi mereka untuk melawan propaganda
anti nubuat akhir zaman.
Umat
Islam harus senantiasa mengobarkan semangat dan keyakinan akan janji kemenangan
syari’at Allah di akhir zaman. Bukan hanya sebatas semangat dan yakin, namun
umat Islam juga wajib untuk menempuh sunnah kauniyah akan hadirnya janji
kemenangan itu.
Sebab,
walaupun janji Allah akan kemenangan agama-Nya adalah sebuah keniscayaan, namun
Allah akan memberikan janji kemenangan itu kepada mereka yang mau menepati
perintahnya. Allah berfirman:
Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam).
Dan Dia
benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir
setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nuur [24]:
55)
Namun,
walau bahasan narasi akhir zaman telah menjadi ancaman musuh-musuh Islam, di
sisi lain narasi akhir zaman juga bisa menjadi bumerang bagi umat Islam. Salah
kaprah dalam menyikapi nubuat akhir zaman bisa membuat sebagian Umat islam
menjadi apatis dan tidak realistis dalam memandang kehidupan.
Jika
sebagian umat Islam ada yang skeptis dengan hal hal yang bersifat nubuat akhir
zaman, namun ada juga yang menjadikan bahasan akhir zaman sebagai rujukan dan
‘panduan teknis’ beramal.
Beratnya
menghadapi fitnah akhir zaman membuat mereka menjauhi hal hal yang dianggap
‘terlalu sibuk’ mengurusi dunia. Ada yang kemudian memilih untuk uzlah dengan
menjual asset assetnya. Ada yang tidak tertarik untuk melanjutkan kuliahnya.
Ada
yang sudah tidak lagi bergairah untuk memperbaiki kwalitas dan kwantitas
ekonominya. Yang pasti, karena kiamat sudah dekat, maka semua hal yang berbau
duniawi mereka jauhi.
Mari
kita perhatikan bagaimana nabi berpesan agar kaum muslimin tetap bersemangat
untuk menyongsong akhir zaman dengan torehan amal nyata dan prestasi yang boleh
jadi mereka tidak bisa menikmatinya.
Rasulullah
saw bersabda, “Jika hari Kiamat terjadi sedang di tangan salah seorang dari
kalian ada tunas pohon kurma, jika dia mampu untuk tidak berdiri sampai dia
selesai menanamnya, maka hendaklah dia mengerjakannya.[2]
Abdullah
bin Salam RA berkata:
إِنْ سَمِعْتَ بِالدَّجَالِ قَدْ خَرَجَ وَ أَنْتَ عَلَى وَدِيَّةٍ
تَغْرِسُهَا, فَلاَ تَجْعَلْ أَنْ تُصْلِحَهُ, فَإِنَّ لِلنَّاسِ بَعْدَ ذَلِكَ عَيْشًا
“Jika
engkau mendengar bahwa Dajjal telah keluar sedangkan kamu sedang menanam bibit
kurma maka janganlah kamu tergesa-gesa dalam penanamannya, karena masih ada
kehidupan setelah itu bagi manusia.”
Yang
jelas, sebelum datangnya kiamat kubra yang memusnahkan alam semesta, masih ada
satu fase akhir yang akan dilewati umat Islam. Itulah fase kejayaan umat Islam
dengan tegaknya Khilafah rasyidah ‘ala minhaji nubuwwah.
Tegaknya
kejayaan ini tentu tidak sim salabim, ada sunnatullah namun juga lekat dengan
sunnah kauniyah. Memang tanpa kita terlibat sekalipun, janji kemenangan dan
kejayaan Islam itu pasti akan tiba.
Namun,
yang justru kita khawatirkan adalah, dalam posisi seperti apakah ketika janji
itu menghampiri kehidupan kita. Betapa menyedihkan manakala hari yang
dijanjikan itu tiba, lalu kita menjadi manusia malang yang terlewat dari banyak
kesempatan untuk menyuguhkan kwalitas amal terbaik, lantaran keteledoran kita
dalam menyiapkan bekal. Wallahul musta’an
[1] HR.
Ahmad, hadits no. 12907 [Al-Musnad (3/222)]; Al-Adawi berkata, “Hadits ini
shahih.” [Shahîh Al-Musnad (563)].
2] HR.
Ahmad, hadits no. 12907 [Al-Musnad (3/222)]; Al-Adawi berkata, “Hadits ini
shahih.” [Shahîh Al-Musnad (563)]. (samirmusa/
Sudah pernah tayang di arrahmah.com)
EmoticonEmoticon